Skip to main content

Psikologi Humanistik : Sejarah dan Kedudukan


PENDEKATAN HUMANISTIK
Oleh:
Farida A. R. (1101911019) | Tasya A. (110911040) | Riris M. S. (110911054)
Nadya A. (111011083) | Oktovoni S. (111011124) | Agustin N. (111011158)

Kedudukan dan Kritik Psikologi Humanistik Atas Pendekatan yang Ada dalam Psikologi
Psikologi humanistik menekanan pada pengalaman kesadaran. Artinya keseluruhan kondisi alami dan perilaku manusia fokus pada: ”free will”, spontanitas, dan kekuatan kreatif manusia. Mereka menentang psikoanalis yang menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dorongan biologis, pengalaman masa lalu, dan diatur oleh kekuatan ketidaksadaran. Bagi para penganut aliran humanistik, kesadaran adalah sesuatu yang spontan, bebas, dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kini dan masa depan. Kritik juga ditujukan pada kaum behavoristik yang menganggap manusia seperti hewan yang fungsinya ditentukan oleh respon terhadap lingkungan.

Psikologi humanistik juga mengkritik ilmu psikologi yang pembahasannya terlalu berfokus pada mental illness, yang mereka nilai terlalu mengabaikan aspek kekuatan dan kebaikan-kebaikan yang dimiliki manusia, seperti cinta, harapan, kebahagiaan, humor, afeksi, tanggung jawab, makna hidup, dan lain-lain. Psikologi humanistik ini lahir sebagai simbol ketidaknyamanan terhadap kondisi tahun 1950-an yang saat itu melihat manusia sebagai makhluk materialistik dan mekanistik dimana karakteristik positif dan unik yang ada dalam diri manusia terabaikan.

Pemahaman dan Kesadaran
Sebelum membahas apa itu kesadaran, maka kita harus mengerti dahulu bahwa pemahaman adalah sebuah kata kunci. Secara tidak langsung kesadaran yang kita miliki dapat mendasari dan menetapkan sebuah rangkaian peristiwa. Beberapa hal yang datang melalui kesadaran, melalui metodelogi ilmu pengetahuan memberi kita power untuk melihat dan menggenggam kekuatan yang sebelumnya membentuk manusia di kegelapan. Poin pentingnya adalah pengalaman kesadaran selanjutnya menjadi sumber pengetahuan manusia atau pemahaman manusia. Nah, berikut ini adalah level of consciousness experience atau level pengalaman kesadaran manusia.
  1. Psychophysiological level. Level ini merupakan level yang paling primitif, bersifat badaniah, alami dan bersifat fisiologis sehingga terkait dengan kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan sandang, pangan, serta papan. Bila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi maka akan berdampak bagi kehidupan mereka.
  2. Psychosocial level. Pada level ini, adalah bagaimana kita mencoba untuk bisa berinteraksi dengan orang lain. Pada dasarnya kita juga menyadari jika manusia itu merupakan makhluk sosial yang tergantung dengan lingkungan serta orang lain.
  3. Transpersonal level. Pada level ini terdapat hubungan antara manusia dengan masa lalunya. Manusia secara sadar bahwa mereka benar-benar berada di kondisi yang pernah mereka alami atau kejadian yang serupa sebelumnya, sehingga hal ini membuat mereka mengenal benda yang pernah mereka kenali. Akan tetapi, kesadaran transpersonal tidak selalu berkaitan dengan masa lalu, bukan juga dengan masa depan, namun kedua masa itu dibawa ke masa kini (sekarang). Kesadaran transpersonal memang kesadaran yang paling unik.
Ketiga level kesadaran tersebut memang merujuk pada waktu, akan tetapi tidak harus terjadi pada waktu-waktu tertentu. Penggunaan level, pada level kesadaran lebih merujuk pada atributnya. Di mana fisik selalu berada di paling bawah, seperti pada hierarki Maslow maupun pada level belajar. Pada hierarki Maslow kebutuhan fisik berada di paling bawah. Pada saat belajar pun, level terbawah berkaitan dengan fisik, yaitu belajar refleks.


Contoh Kasus

Pernah menonton film Click (2006)? Film ini menceritakan tentang seorang pria yang bernama Michael Newman, seorang arsitek yang “gila kerja” untuk meraih promosi dalam pekerjaannya. Ia bekerja sangat keras hingga ia mengabaikan keluarganya. Ironis mengingat ia bekerja sangat keras juga untuk keluarganya.

Suatu hari Michael mendapatkan sebuah remote control yang dapat digunakan untuk mempercepat atau memperlambat kehidupannya, mengatur suara yang ia dengar, dan sebagainya layaknya remote TV/DVD. Sehingga jika ia ingin cepat-cepat terbebas dari pengalaman tidak menyenangkan, ia akan menekan tombol fast forward, misalnya kejadian ketika istrinya mengomel, anjing peliharaannya menyalak tak kenal waktu, melewatkan kemacetan panjang di jalan, bosnya yang seenak hati memberi banyak tugas tak kenal hari dan banyak lagi lainnya.

Hingga akhirnya Michael terlalu sering memainkan remote control tersebut, dan terbuai melewatkan waktu-waktu indah yang sebenarnya ingin dia lalui. Setelah sekian lama terbuai, Michael akhirnya menyadari bahwa semua hal dalam hidup ini memang harus dilalui. Baik yang senang maupun sedih. Kerena dari situlah manusia akhirnya bisa belajar bahwa semua yang ada di sekeliling kita baik teman, keluarga, semua berharga. Termasuk adanya rasa kesal, senang, marah, benci dan cinta saat bersama mereka.

Di akhir cerita Michael menyadari bahwa hidup lebih baik ketika tidak ada remote control yang mengatur segalanya menjadi lebih cepat, atau lebih lambat. Ketika setiap detik yang dialami pasti membuat diri kita menjadi manusia yang utuh yang mempunyai rasa senang, sedih dan juga sebagai makhluk sosial yang tinggal bersama manusia lain di sekeliling kita terutama keluarga.
Dari film tersebut dapat dilihat makna kesadaran yang ada dalam diri manusia:
  1. Psychophysiological level, Michael sadar bahwa ia harus memenuhi kebutuhan hidup, tetapi melakukannya dengan terlalu berlebihan sehingga ia menganggap bahwa keluarganya menjadi penghalang karirnya.
  2. Psychosocial level, Michael sadar bahwa keluarganya merupakan orang terpenting dalam dirinya.
  3. Transpersonal level, Ketika Michael diberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki dirinya ia menggunakan pengalaman masa lalunya (dalam hal ini kilasan hidupnya ketika menggunakan remote tersebut) dan ia menjadi lebih paham tentang apa yang seharusnya ia lakukan.

Daftar Pustaka:
Hadi,Cholicul. 2012. Pengetahuan Psikologi Humanitik (2). Diakses pada tanggal 10 Maret 2013 dari http://cholichul-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-44388-buku-Pengetahuan%20Psikologi%20Humanistik%20(2).html.
Tageson,C. W. 1982. Humanistic Psychology : A Synthesis. Homewood : The Dorsey Press.

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama