Skip to main content

7 Juli

(09:53 pm - 11:23 pm)

Setengah kotak donat, secangkir kopi dengan kadar kafein rendah, dua ponsel  yang aku aktifkan dengan modus offline (setelah mengirim satu pesan singkat kepada teman, pengakuan bahwa aku galau), dan tab-tab terabaikan di Google Chrome. Di tengah kamar dengan suara kipas angin dan gesekan antara keyboard dan ujung-ujung jariku sebagai latar musiknya. Meninggalkan tugas yang mendesak sejenak, biarlah terabai. Toh paling esok pagi aku bisa melanjutkannya, menyelesaikannya.

Tiba-tiba sejak senja tadi, kangen menghunusku pelan-pelan, namun pasti. Jingga yang menyembur di ujung birunya langit kota kita yang sibuk, menghantar siang ke malam, memberikan pemandangan yang berisikan wajahmu, tawamu dan semua tentang kamu. Membuatku mengabaikan macetnya jalanan kota yang sedang aku lewati, mengabaikan bunyi-bunyi klakson mobil dan motor yang bersahutan. Juga dua ponsel sialanku itu tak berhenti berdering.

Setahun yang lalu, mungkin di jam-jam ini kita sedang berdua. Suasana hatiku lebih rapi, tidak seacak-acakan ini, tidak kacau. Mendengarkan dua buah lagu favorit dari band favoritku yang aku yakin kamu mendengar namanya saja belum pernah sebelum aku mengucapnya setahun lalu, The Trees and The Wild. Sesekali menengadah ke langit menatap hamparan luas langit kota kita, yang tak cukup gelap untuk menampakkan bintang-bintangnya.

Bagaimana apa yang kamu lakukan waktu itu bisa terekam dengan jelas di memoriku? Kok bisa?

Kamu curang, membiarkanku terjebak dalam bayanganmu Membiarkanku yang mengingat semua memori tentang kita. Sedangkan kamu? Mungkin sudah lupa dan tak ingin berusaha mengingat. Mungkin sedang merajut memori baru bersama perempuan itu, perempuan yang tak pernah absen kamu sebutkan ketika kita bertemu setengah tahun terakhir ini.

Aku benci mengaitkan hal-hal seperti ini dengan cinta. Bagiku cinta itu terlalu abstrak. Cinta itu terlalu muluk. Pun aku merasa belum siap membahas hal-hal dewasa semacam itu. Akan lebih rumit dan sekuelnya lebih panjang. Seperti sinema-sinema elektronik yang kerap diputar di tipi-tipi kelir. Haha itu kata-kata yang selalu kerap kamu gunakan untuk mengistilahkan televisi!

Aku hanya mengerti tentang ke-ADA-an. Ketika ada kamu, semua kekacauan ini tiada. Lalu ketika kamu tiada? Yasudah seperti inilah aku. Tetap baik-baik saja tentu, tetapi kadang kangen, kadang rindu. Boleh kan?


Aku masih ingin menjadi orang yang sama, orang yang bisa membuatmu tertawa lepas sekalipun kamu sedang punya masalah, orang yang hanya dengan kamu lihat bisa membuatmu tertawa, orang yang akan kamu tertawakan dari balik lensa kamera ketika kamu memotretku, orang yang akan kamu kagetkan dari belakang, orang yang akan kamu cari ketika kamu sedang ada masalah.

Bukankah kamu biasa melakukan itu dahulu?
Bukankah kamu pernah mengatakan hal-hal seperti itu dahulu? 


Tenang aku masih baik-baik saja. Lihat saja, esok ketika kita berpapasan aku akan tetap melempar senyum padamu, pada semua orang yang aku kenal. Aku juga masih akan menebarkan tawaku kepada setiap lelucon yang aku anggap lucu, sekalipun tidak lucu aku juga pasti akan tetap tertawa.

Jadi, setiap aku menulis tentang kamu seperti ini, seperti sebelum-sebelum ini dan mungkin sesudah ini nanti, tandanya aku kangen padamu. Tuh kan! Jam pun langsung menyiratkan angka 11:11 PM begitu aku selesai mengetik kata kangen pada kalimat sebelum ini. Apakah kamu juga kangen? 

The pain we felt inside makes us realize that we are still alive and suffering... and no one knows. -- perempuanku


P.S. : Buat temanku yang tadi kayaknya jadi korban galau-ku, semoga baca ini, sorry for SMS geje barusan dan sorry banget kalo tadi di chat atau SMS aku rada jutek apa jutek banget. Ah pokoknya sorry dan jangan bosen ya denger ceritaku. Thank youuu!!

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama