Skip to main content

GIE

Hi! Apa kabar yang lagi pada libur? Liburan kalian menyenangkan? Udah pada kemana aja? Apa kabar yang lagi pada ujian? Sukses kan? Buat yang masih ujian, bersabarlah kalian bentar lagi juga liburan kok! *termasuk aku nih kudu sabar* :D

Minggu pertama UAS udah terlewati, terakhir ujian Kamis kemarin dan ujian lagi masih Selasa. Ada spare time dikit lah buat menyelesaikan ujian take home yang buat dikumpul Selasa depan, spare time buat sekedar puas-puasin tidur di rumah dan nggak belajar. Selain itu paling nonton film. Udah tiga film dalam tiga hari yang aku tonton. Angels and Demons which is salah satu film favoritku. I am Number Four yang baru pertama kali aku tonton, not bad lah. Dan Gie, film Indonesia yang lama banget aku cari dan udah sebulan lebih nangkring di Hardisk-ku tapi belum sempat aku tonton! Yak kali ini aku mau bahas soal film itu, GIE.

***


I’d rather be an outcast than a hypocrite
Based on a true character, GIE is a central yet unknown political activist/writer in the 60’s, the darkest era of Indonesian history. His life is a clash between a high drama of political events, and small world of friendship and romance. He is falling apart when he sees that his constant battle for justice and truth gives labor to another dictatorial regime. As time passes the people around him adjust to the new regime, but he continues to fight. His uncompromised idealism drives people away. His friends left him; the woman he loves rejects him. Only the beauty of nature can rescue and free him.
Release Year : 2005
Duration: 147 minutes
Screening Format / Ratio : 35 mm / 1: 1.85
Director: Riri Riza
Producer: Mira Lesmana
Co-Production : SINEMART Pictures
Casts: Nicholas Saputra, Sita Nursanti, Lukman Sardi, Wulan Guritno
Dialogue / English Subtitle : Bahasa Indonesia / Available

(source: http://milesfilms.net/en/gie/)

***
Jujur, gue pake acara ketiduran dua jam nonton film satu ini. Bukan bosen, bukan. Mana bisa bosen ngeliat pemain-pemain favoritku pada nampang disitu, mana tokoh utamanya ganteng, tokoh lainnya juga! *eaaa* Ngantuknya ini karena emang lagi capek plus gara-gara durasi film-nya yang supeeer lama! Well, abaikan soal itu. Lanjut bahas tentang filmnya.
Pertama muter ini film aku langsung merasa aneh dengan efek warna yang dipakai. Hemm apa ya, vintage-lah orang biasa bilang. Mungkin biar penonton lebih terbawa kali ya pas nonton film yang bersetting tahun 50-60-an ini. Dan aku yang emang notabene suka gambar yang berefek vintage gitu langsung suka banget tone warna dari filmnya ini. Langsung betah deh nonton ini film. *betah kok pake ketiduran, Par?*
Soal ceritanya sendiri, bagus sih. Cuma nggak tau kenapa aku kurang srek sama sentuhan romance di film ini hehehe Tapi over all oke banget! Karakter si Gie ini bener-bener kuat, semacam keras kepala tapi aku lebih suka menyebutnya sebagai berprinsip sih. Apa ya, kalo ngomongin soal nasionalisme dan segala hal berbau kaya gitu tentang film ini kayaknya udah banyak. Jadi ya kalau pengen lebih tau soal isu-isu kaya gitu di film ini silahkan cari review-nya di google, atau lebih bagus sekalian nonton filmnya aja.
Oh iya ada satu lagi yang aku suka dari film ini, dialognya! Aku suka mengamati dialog film dan dialog di film ini nggak tau kenapa aku suka banget, atau mungkin karena pemain-pemainnya yang sip abis memainkan peran mereka ya? Entahlah.
Hmm, satu lagi deh, nggak penting ini. Aku suka detail-detail film ini! Buku catatan warna oranye. Honestly aku mau buku catatan warna kaya gitu! Lucuuu banget.
Segitu aja ya ngomongin soal GIE-nya. I get to go! Mau dinner! *gaya bilangnya dinner padahal makan sama housemate* Sabtu malam kaya gini nulis banyak-banyak ntar ketauan kalau aku lagi jomblo, eh single ding! :p
Happy saturday night! :)



Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama