Skip to main content

#3 Siapa Namamu?



Surabaya, 16 Januari 2012


Hey, kamu laki-laki asing.

Tahu kenapa aku menulis surat untukmu? Tiba-tiba aku ingat, di awal tahun yang lalu kita bertemu dan aku mempunyai janji padamu yang belum aku tepati.

Senja yang indah itu tiba-tiba semesta mempertemukan kita. Kamu mulai membuka mulut untuk bicara setelah melihat sebuah kamera yang menyembul keluar dari tasku. Kita larut dalam pembicaraan yang seru sekali di salah satu sudut restoran cepat saji itu kemudian. Tanpa menyadari bahwa kita baru saja bertemu untuk pertama kalinya. Tanpa meyadari bahwa kita tidak saling mengenal. Sayang obrolan kita waktu itu terputus karena ada telepon yang masuk di ponselku, memaksaku untuk pergi. Akhirnya aku harus pamit pergi padamu. Aku sudah berada sepuluh langkah lebih darimu sampai pada akhirnya kamu mengejarku dan mengajakku berkenalan. Aku hanya tersenyum dan bilang, “Kenalannya kapan-kapan aja kalau ketemu lagi,”kemudian aku berlalu.

Setelah hari itu tanpa disangka beberapa hari kemudian kita bertemu kembali, di sebuah acara kampusku. Semesta nampaknya sedang bermain-main dengan kita. Kamu langsung menghampiriku dan menyapaku, “Mana kameranya? Acara kaya gini kok malah nggak bawa kamera?” Aku tersentak kaget dengan suaramu yang masih asing. Entah kenapa setelah mengetahui bahwa itu adalah suaramu, ada perasaan senang yang tiba-tiba muncul. Hari itu kita kembali terjebak dalam obrolan seru lagi di salah satu stand makanan di acara tersebut. Dari mulai membicarakan hal umum sampai kita berdua yang malah asyik mengomentari orang-orang yang datang di acara itu. Kita berdua tampak seperti teman lama. Di hari itu kita berpisah lagi-lagi karena panggilan di ponselku. Aku menghilang di kerumunan orang dan tak menengokmu lagi. Aku tak menepati janjiku untuk mengenalkan diri padamu.

Kita tidak pernah bertemu lagi sampai pada suatu malam yang melelahkan di pertengahan tahun, waktu itu aku sedang mengunjungi sebuah coffee shop bersama teman-temanku. Aku melihatmu waktu itu, bersama seorang teman perempuanmu. Aku sebenarnya ingin menyapamu, tapi entah mengapa aku enggan menyapamu. Aku berkali-kali menengok ke arahmu, berharap kamu akan melihatku. Tapi sepertinya kamu sama sekali tidak menengok ke arahku. Bahkan hingga kamu dan teman perempuanmu pergi.

Semenjak hari itu, hingga hari ini, di tahun yang sudah berganti, kita tidak pernah lagi bertemu. Ada sedikit rasa sesal yang selalu saja aku repress, kenapa waktu itu aku tidak menyapamu? Mungkin aku takut akan kecewa mengetahui bahwa perempuan itu adalah perempuanmu.

Tapi sudahlah, untuk itu aku menulis surat ini. Namaku, F. Semoga kamu membacanya.

Hmm, Siapa namamu?

F.

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Il Mondo Pizza

Tadi malem pas aku lagi googling gambar soal chocolate ice cream, aku tiba-tiba kepikiran Choco Lava-nya Il Mondo Pizza Demangan (Jogja), deket komplek distro itu loh, yang ada Mailbox, Seven Souls d'Arcade, Starcross blablabla. Yap, Il Mondo ini salah satu tempat makan Pizza yang recomended di Jogja dari sekian banyak "warung" pizza yang ada. Alhasil aku langsung menyambangi Fans Page Facebook-nya ( klik di sini ). Buka salah satu albumnya dan voila menemukan sealbum yang isinya makanan Italy di sana. Jujur aja aku baru beberapa kali ke sana, mungkin bisa diitung pakai jari tangan sebelah kanan (maksudnya kurang dari lima kali). Tapi nggak tau kenapa aku suka suasana tempat makan Pizza yang kek gitu. Selain itu Pizza di Il Mondo itu juga rotinya tipis, bukan kek pizza di peha atau paparon yang rotinya tebel hihi no offense :p Pertama kali ke sana itu pas tengah tahun kemaren, aku agak ragu, masalahnya waktu itu rada sepi dan dia masih baru banget. Dan ehem ke sana p