Skip to main content

#2 Rak Buku

"Halo."

"Eh, iya. Halo. Ada apa ya? Ada barang yang ketinggalan di dalam?"

"Enggak. Cuma sengaja menunggu perpustakaan tutup. Mau ngopi sebentar di cafe ujung jalan?"



***

Kita bertemu di celah-celah kosong antara ratusan buku. Kita bertemu dalam lorong-lorong sempit puluhan rak buku raksasa yang terjajar rapi. Kita bertemu dalam susunan sistematis Dewey..



Kita bertemu dalam hening, larut dalam dunia abjad masing-masing. Kadang kita bertatapan sekejap, lalu kita kembali menekuni rak buku. Kadang kita bertemu dalam percakapan seadanya di depan loket peminjaman.



Kita bertemu tapi tak banyak berucap. Aku hanya tahu namamu dari keterangan di kartu anggotamu. Aku hanya tahu alamatmu juga dari kartu itu. Dan aku juga tahu buku jenis apa saja yang kamu pinjam, kali ini lewat percakapan seadanya peminjaman buku.



Kita bertemu di antara jajaran rak buku. Sekilas. Percakapan kita hanya berkisar, "dimana letak rak blablabla" atau "buku ini ada di sebelah mana?" Dan percakapan lain yang sejenis. Terkadang kita akan saling mencuri pandang sejenak, kemudian berpura-pura kembali asyik dengan pekerjaan masing-masing bila ketahuan. Aku akan kembali menekuni rak buku yang harus aku urutkan sedemikan rupan, dan kamu kembali menekuni barisan kalimat dalam bukumu.



***

Dan kini, kita saling mencuri waktu di celah-celah rak buku untuk saling melepas rindu.





Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama