Skip to main content

#4 Mangkuk Favoritmu


"Jadi ini yaaa, es teler paling enak di seantero Jogja," katamu ketika kita baru sampai di tempat es teler favoritmu di kencan kelima kita.
"Halah. Sama saja mah ini sama yang lain, Mas," kataku sambil membenarkan posisi dudukku.
"Beda."
"Bedanya apa? Toh, isinya sama-sama buah. Harganya juga nggak jauh beda sama yang lain. Tempatnya pun mirip sama sebelah," kataku sambil melirik deretan penjual es teler di sekitarnya.
"Beda."
"Terus bedanya apa?" Aku mulai malas.
"Tunggu sampai pesanannya datang deh," jawabmu.

Tempat ini hanyalah warung tenda sederhana d itepi jalan, buka di siang hari saja. Tapi kamu bilang es teler di sini enak, lebih enak daripada yang biasa dijual di mall-mall yang kalau kita beli saja harus pakai PPN, begitu katamu. Sekitar sepuluh menit kemudian pesanan kita datang. Dua mangkuk es teler, tanpa nanas untukku.

"Makasih, Ren," katamu kepada anak umur belasan awal yang mengantarkan dua mangkuk pesanan kita. Belakangan aku tau nama anak itu Reno.
"Masih penasaran bedanya apa nggak?"
"Apa emang?"
"Yang jual. Kamu tau itu tadi yang nganter namanya Reno. Umurnya 13 tahun, kalau pulang sekolah pasti bantu-bantu di sini."
"Ooo," kataku sambil mulutku melongo. Gimana kamu bisa tahu, Mas, batinku.
"Terus itu ibu-ibu yang meracik es di depanmu ini, itu Ibunya Reno. Namanya Bu Nining. Dan bapak-bapak yang lagi nyerut es itu namanya Pak Dar, suaminya Bu Nining. Dulu ada anaknya yang paling besar, namanya Ndari juga ikut bantu-bantu. Sekarang dia sudah kerja di Jakarta. Jadi pegawai bank," kamu menceritakannya dengan fasih, seperti kamu bagian dari keluarga kecil mereka.
"Jadi ini usaha keluarga, Mas?"
"Iya. Pak Dar sama Bu Nining memang hidupnya pas-pasan. Lebih banyak menggantungkan hidup dari usahanya ini. Tapi hidup mereka berempat bahagia," ujarmu.
Aku terdiam. Kamu selalu mengejutkan, Mas. Hidupmu nggak pernah bisa ditebak. Kadang kamu seperti kecanduan kopi di kedai kopi premium, terbang dengan pesawat kesana kemari, tapi kadang berujung di warung es teler pinggir jalan.
"Enak kan esnya?"
"Iya enak," jawabku cepat, tulus. Es teler ini memang enak.
"Jelas enak dong. Mereka bikinnya tulus, pakai cinta, pakai kebahagiaan mereka."

***
Dan kini aku hanya bisa menangis sejadinya bila bertemu dengan semangkuk yang kamu akui sebagai salah satu favoritmu itu, Mas. Di dekat Tuhan ada yang seenak ini nggak, Mas? Atau lebih enak?

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama