"I want to fill this new frame but it's empty." (Empty - The Click Five)
05.45
Hujan yang turun sejak semalam masih menyisakan gerimis dan jendela kamar yang mengembun. Aku masih bersembunyi di balik selimut cokelatku. Mataku tak dapat terpejam sejak subuh tadi. Menatap kosong sambil mendengarkan jam yang terus berdetik samar, sesekali aku menatap lurus ke jendela yang dingin. Sedingin kata-kata perpisahanmu.
Matahari masih belum menyebarkan sinarnya, entah karena mendung atau karena ia masih enggan terbit seperti aku saat ini. Mungkin matahari masih bersembunyi di balik selimut abu-abunya, yang kita kenal sebagai mendung. Matahari mungkin sedang terlalu lelah. Matahari mungkin sedang malas. Matahari mungkin sedang tak ingin bekerja. Matahari mungkin sedang sedih. Baiklah. Bukan matahari yang sedang sedih. Bukan matahari yang sedang tak ingin bekerja. Bukan matahari yang sedang malas. Bukan matahari yang terlalu lelah. Tapi aku, iya AKU.
Aku berniat mematikan lampu tidurku yang sedari tadi subuh menyala. Mataku kemudian tertumbuk pada aku dan kamu dalam dalam tawa yang beku dalam warna hitam dan putih. Pada sebuah frame foto klasik berwarna hitam. Perih itu kembali datang. Mengguris luka yang bahkan masih basah. Luka yang mungkin malah belum dibersihkan dengan alkohol 70 persen. Luka yang baru tadi malam kamu buat.
Aku menangis lagi. Air mataku belum habis. Aku belum lelah menangis. Aku belum bosan menangis.
Jadi ini yang disebut patah hati? Lewat sebuah benda mati, sebuah frame foto sederhana, luka bisa kembali datang?
Aku memasukkan frame itu ke laci. Berharap diriku mau bekerja sama untuk memasukkanmu ke dalam laci memory juga. Dan kamu hanya akan aku kenang dalam gambar-gambar hitam dan putih.
Comments
Post a Comment
Silahkan komen :)