Aku suka teh, aku suka kopi, aku suka cokelat. Aku suka meminum berbagai jenis dari ketiganya. Atau terkadang gabungan dari "keluarga" dua atau ketiganya sekaligus. Dan menurutku, setiap jenisnya memiliki cerita yang berbeda.
Mengungkapkan sesuatu bagi orang-orang seperti aku, yang tak jelas introvert atau extrovert-nya, sebagai sebuah ritual meminum Peppermint Bubble Tea yang dibeli dari salah satu gerai Bubble Tea yang bisa kita jumpai di mall-mall.
Mengapa?
Meminum Peppermint Bubble Tea, pada tegukan pertama akan ada rasa asing yang dirasakan oleh indra pengecap. Ada sedikit penolakan atau rasa yang lebih bisa aku definisikan sebagai rasa balsem. Belum, aku belum pernah menjilat balsem.
Seperti ketika aku memulai cerita sesuatu. Ada ragu, bercerita atau tidak, ada saat memilah-milah, mana yang harus diungkap mana yang tidak. Akan ada jeda cukup lama sebelum cerita itu berlanjut, dari tegukan pertama ke tegukan kedua, dari prolog ke chapter satu.
Setelah masa jeda itu. Akan ada ragu, ragu untuk meneguknya kembali atau menyerah. Ketika diputuskan untuk meneguknya kembali, aku baru bisa meneguknya sampai habis kalau aku sudah menemukan bubble-nya. Sama, ketika diputuskan untuk bercerita, maka aku akan bercerita sampai akhir kalau aku mendapat respon seperti yang aku harapkan dari lawan bicara.
Jadi, bagiku setiap tegukan dari apa yang masuk ke tubuh kita sebenarnya punya ceritanya tersendiri. Dan ini baru salah satunya.. :)
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Mengungkapkan sesuatu bagi orang-orang seperti aku, yang tak jelas introvert atau extrovert-nya, sebagai sebuah ritual meminum Peppermint Bubble Tea yang dibeli dari salah satu gerai Bubble Tea yang bisa kita jumpai di mall-mall.
Mengapa?
Meminum Peppermint Bubble Tea, pada tegukan pertama akan ada rasa asing yang dirasakan oleh indra pengecap. Ada sedikit penolakan atau rasa yang lebih bisa aku definisikan sebagai rasa balsem. Belum, aku belum pernah menjilat balsem.
Seperti ketika aku memulai cerita sesuatu. Ada ragu, bercerita atau tidak, ada saat memilah-milah, mana yang harus diungkap mana yang tidak. Akan ada jeda cukup lama sebelum cerita itu berlanjut, dari tegukan pertama ke tegukan kedua, dari prolog ke chapter satu.
Setelah masa jeda itu. Akan ada ragu, ragu untuk meneguknya kembali atau menyerah. Ketika diputuskan untuk meneguknya kembali, aku baru bisa meneguknya sampai habis kalau aku sudah menemukan bubble-nya. Sama, ketika diputuskan untuk bercerita, maka aku akan bercerita sampai akhir kalau aku mendapat respon seperti yang aku harapkan dari lawan bicara.
Jadi, bagiku setiap tegukan dari apa yang masuk ke tubuh kita sebenarnya punya ceritanya tersendiri. Dan ini baru salah satunya.. :)
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Comments
Post a Comment
Silahkan komen :)