Skip to main content

#10 Lampu Kota

Waktu telah menunjukkan lewat dari jam 11 malam. Jalanan kota ini yang mulai lengang. Gerimis musim kemarau tak juga reda sedari sore. Ditambah kegundahan yang membolongi perasaanku. Kota ini menjadi begitu asing, begitu dingin. Seasing ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di Liverpool, Brussels, tanah Papua, bahkan Salzburg. Sedingin musim dingin pertamaku di Rusia.



Aku masih berada di balik kemudi sebuah sedan tua. Aku tak tahu harus kemana, nowhere to go and no one to call. Pulang? Pulang kemana? Rumah? Apakah masih pantas, sepetak ruangan di bangunan berlantai 12 itu aku sebut rumah? Rumah dalam arti tempat untuk tidur mungkin, bukan rumah yang aku cari.



Aku masih berputar-putar di jalan yang sama. Entah sudah kali keberapa aku melewati ruas jalan ini. Jalan dengan lampu kota berwarna oranye. Warna yang hangat. Berharap pendar oranye lampu-lampu jalanan itu mampu menghangatkan dinginnya malam ini, seperti halnya pendar oranye ketika matahari mulai menuju peraduan.



Aku merasa dekat dengan segala hal yang berhubungan dengan oranye; senja dan lampu kota.



***





Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama