Skip to main content

#14 Jamur

Kamu itu seperti jamur di hidupku. Ah, kalimat pembuka saja aku sudah beranalogi. Menganalogikan kamu lagi.



Kamu, seperti jamur yang biasa tumbuh hanya dimusim penghujan. Jamur yang dulu biasa aku cari ketika masih kanak. Di bawah pohon melinjo, dihari-hari yang lembab. Lalu aku cabut, aku bawa ke ibu. Ibu akan memasakkanmu berbagai olahan jamur untukku.



Dan kamu.. Seperti jamur itu. Mengada dimusim tertentu, tiada di musim yang lain. Cerita tentang kamu akan tumbuh berkembang hanya dalam hitungan bulan yang singkat. Dan itu berlangsung menerus.



Kamu akan mengiba, mengulang kalimat yang sama. Permohonan maaf, cerita klasik mengenai alasanmu pergi, penyesalan, lalu kalimat-kalimat bujukan untuk menerimamu kembali. Dan kau akan mengulangi kesalahan yang sama. Jadi, siapa yang bodoh di sini?



Sama halnya dengan jamur. Masaku mencari jamur telah habis, begitu juga dengan masaku menerimamu. Tamat. Selamat tinggal!



***



Cerita ini bukan tentang jamur, tapi tentang kamu.





Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama