Skip to main content

#16 Lembar Terakhir

Aku selalu senang mengamati kamu dan apapun tentang kamu. Tak terkecuali ketika kamu berada di depan kasir seperti ini, bersiap membayar dua porsi makan malam kita. Kamu mengeluarkan dompetmu. Dompet pemberianku, kado pertamaku untukmu.



Dompetmu selalu tipis. Tidak, bukan karena kamu tak punya uang. Aku percaya dengan pekerjaanmu sekarang, rupiah yang kamu kumpulkan berkecukupan. Hanya saja, dengan kesederhanaanmu, kamu selalu membawa uang secukupnya. Tidak akan sampai tujuh digit rupiah. Sebuah KTP, SIM A dan C, STNK dan kartu ATM. Dompetmu juga tidak pernah berisi struk belanja atau makan, atau tiket bioskop seperti dompetku.



Aku selalu iri dengan foto di dompetmu. Posisinya tak pernah tergantikan sejak aku pertama kali mengenalmu, tiga tahun yang lalu. Selembar foto lusuh yang mungil, warnanya mulai luntur aus termakan waktu. Foto kamu dan keluarga kecilmu; ayah dan ibumu. Di depan rumahmu dahulu yang sederhana. Rumah yang telah tiada dilalap api. Dan foto di dompetmu itu, satu-satunya kenanganmu akan mereka yang masih tercetak.



Kadang aku berpikir, apakah aku bisa seperti orang-orang pada foto dalam dompetmu itu? Tak tergantikan..





Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama