Dalam sebuah perjalanan kita akan menemukan banyak hal, banyak orang, banyak pengalaman. Sesingkat apapun perjalanan itu..
Seperti di sebelah kiri. Sebuah keluarga dengan tiga orang anak, anak lelaki sekitar 15 tahunan, anak perempuan 11 atau 12 tahunan dan seorang anak lelaki mungil berusia 3 atau 4 tahun. Anak sulung dan anak tengahnya bercengkerama dengan permainan mereka sendiri. Sesekali tergelak lalu kembali bermain. Sedangkan si bungsu sibuk ingin tahu ini dan itu. Setiap ada pedagang asongan lewat, mereka akan menghentikannya. Entah untuk sebotol air mineral, segelas es teh dan kopi, seporsi nasi goreng, kipas atau gantungan kunci sekalipun. Mereka akan berkumpul lalu mendiskusikan keinginan mereka. Sekilas mereka tampak seperti keluarga yang menyenangkan.
Lalu mari kita beralih ke bapak-bapak berbadan tegap yang duduk di bangku depan. Ia selalu terlelap sepanjang perjalanannya (yang hanya seperempat perjalanan ini). Sesekali memang ia terhenyak, oleh suara pengamen atau pedagang asongan yang lewat, kadang oleh suara decitan akibat gesekan besi tua yang kami tumpangi. Dalam hati ia berharap lekas sampai tujuan, mungkin. Ia mungkin rindu dengan keluarganya, dengan anak-anaknya yang mungil.
Hmmm, selanjutnya seorang pemuda berusia 25 tahunan dengan gadget masa kini tetapi tampak patah. Dia tampak kosong, meskipun aku yakin otaknya tak sekosong matanya. Mungkin dia sedang ingin lari sejenak dari masalahnya. Masalah kantor, masalah dengan pacarnya, masalah dengan entah siapa. Sesekali ia terlelap, sesekali pula ia memainkan gadget-nya yang berupa-rupa.
Kemudian seorang lelaki seumuranku, sedang menuju 20 tahun. Menyumpal telinganya dengan headset dengan wajah yang serius, seolah berpikir dan tanya tak terjawab.
Jangan lupakan sekumpulan backpacker yang tak kenal lelah. Mereka terus bercengkerama sepanjang perjalanan, tampak bahagia dnegan apa yang ada di hadapan mereka; ekspektasi mereka tentang tujuan.
Kita akan beralih kepada manusia-manusia yang "menetap" di sini.
Pertama, petugas dengan seragam kemeja abu-abu muda dan vest abu-abu yang sedikit lebih gelap. Mereka adalah orang-orang cekatan yang mondar mandir membawa nampan berisi makanan dan minuman bersamaan dengan laju kendaraan yang kami tumpangi, tanpa tumpah. Kemudian pedagang asongan yang bersaing satu sama lain, menjajakan dari mulai makanan, buku, jepit rambut, hingga pisau dapur. Masing-masing menjajakan dagangannya dengan unik. Selanjutnya peminta-minta yang silih berganti berharap belas. Lalu pengamen dengan gaya nyentrik dan alat musik beraneka ragam. Tidak ketinggalan, gadis yang kulitnya terbakar matahari menyapu sudut-sudut lantai bangku kami.
Enam jam, dan sampailah aku pada tujuanku. Pulang.
Jumat, 15 Februari 2013
Surabaya - Yogyakarta (Kereta Api Logawa)
Comments
Post a Comment
Silahkan komen :)