Skip to main content

Sekilas Tentang Kuliah

Empat tahun sembilan bulan. Bisa dibilang cukup lama sampai akhirnya aku menyelesaikan dan mempertanggungjawabkan tugas akhir (skripsi). Bukan perjuangan yang bisa dibilang mudah, tapi dengan pengalaman-pengalaman yang aku dapat selama berada di bangku kuliah, rasanya worth it kok. Banyak yang harus dikorbankan, banyak waktu yang harus diluangkan, banyak yang harus ditinggalkan. Tapi nyatanya aku bisa.

Tidak ada selebrasi spesial. Hanya ucapan selamat yang kasual. Seikat bunga, sekotak kado, satu dua pelukan hangat, dan beberapa ucapan selamat rasanya cukup untuk menebus kerja keras selama ini. Selama hampir lima tahun. Sebenarnya ini lewat dari target yang aku buat sendiri, targetku awalnya aku harus lulus sebelum usia 21, sekarang usiaku sudah 21 tahun lebih 2 bulan. Meleset dua bulan.

Well, semua ini hanya awalan dari banyak tantangan di depan. Baru beberapa langkah dari impian-impian yang aku punya, bahkan aku masih berada di zona nyaman. Baru menjawab sedikit pertanyaan-pertanyaan sosial orang-orang sekitar dan awal dari pertanyaan-pertanyaan baru semacam kerja dimana, pacarnya mana, kapan nikah, dsb. Baru menjawab satu dari banyak tuntutan hidup, dan memunculkan tuntutan-tuntutan lain di depan. Namanya juga hidup.

Lima tahun bukan waktu yang singkat. Tidak cuma sekali dua kali pertanyaan: kapan lulus? Lulus kapan? Kok belum lulus? Sampai mana kuliahnya? Sudah semester berapa ini? selalu ditanyakan oleh tidak cuma satu dua orang. Dan jawabanku tidak pernah jauh dari jawaban diplomatis dan mengambang. Nanti. Secepatnya. Tunggu aja. Masih dikerjakan. Dan sebagainya.

Mengaca dari pengalamanku dan apa yang aku lihat selama aku di bangku kuliah bahkan sebelumnya, bahwa lulus tepat waktu itu belum tentu tepat pada waktunya. Aku sendiri tidak pernah memaksakan diri untuk lulus tepat waktu. Aku berusaha menikmati setiap proses pembelajaran yang aku lewati. Terutama pembelajaran tentang hidup. Tidak hanya satu dua orang yang aku lihat lulus tepat waktu, tapi dia tidak tau apa yang sebenarnya diinginkannya, apa yang sebenarnya dihadapinya ketika ia lulus, sehingga efeknya dia lebih banyak galau setelah lulus. Jujur, aku tidak mau seperti mereka.

Aku bukan orang yang penuh rencana, tapi setidaknya aku selalu berusaha mengidentifikasi apa yang aku mau. Aku punya mimpi, tapi tidak jarang aku berimprovisasi dalam mencapainya. Toh hidup cuma sekali, kadang ada kesempatan yang emas yang tiba-tiba datang tetapi melenceng dari jalur impianku, biasanya aku ambil, untuk memperkaya diri.

Kalau kamu mau lulus cepat, ya perkara mudah sebenarnya. Tapi kalau kamu cuma mau lulus karena ingin lulus cepat tanpa tahu apa maumu, mendingan sih nikmati dulu masa kuliahmu sambil mengidentifikasi apa maumu. Jangan cuma mengikuti mimpi temanmu. Apalagi kalau kamu mau lulus cepat karena kebelet mau nikah. Duh, rugi banget!

Nah, sekian dulu sesi mengisi blog yang lama tertinggalkan. Sekarang saatnya mengisi formulir pendaftaran, ingin mengejar salah satu mimpi :D

Love,
F.

Comments

  1. ECIE YANG MAU LULUS , TAPI MASIH BINGUNG MAU NGELANJUTIN KEMANA

    ReplyDelete

Post a Comment

Silahkan komen :)

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama