Sudah lama sejak terakhir kali aku mendamparkan diri di coffee shop antah berantah, lalu duduk berjam-jam di samping jendela ditemani secangkir kopi. Duduk berjam-jam sambil mengamati lalu lalang orang, ataupun rinai hujan. Itu artinya sudah lama pula aku bahagia, sampai akhirnya kini aku merasakan abu-abu lagi. Hujan kali ini memperlengkap suasana.
Kini abu-abu itu datang kembali. Bukan dalam bentuk perpisahan, bukan pula berwujud hal yang bisa membuatku menangis. Sekarang ia datang dalam bentuk perasaan yang mengganjal di dalam hati, menyesakkan hingga air mata bahkan tak bisa turun, dipaksa sekalipun. Kesedihan seperti ini adalah kesedihan yang sangat aku hindari. Perasaan di masa lampau yang datang kembali. akan tetapi bukan kesedihan itu yang ingin aku bicarakan.
Karena ketika kita terluka, sebenarnya bukan hanya kita yang merasakan sakit, tetapi orang-orang yang menyayangi kita juga akan merasakan sakitnya. Ketika kita dalam kesulitan, bukan hanya kita yang merasakan sulit, mungkin orang-orang yang menyayangi kita juga merasakan kesulitan kita. Ketika kita disayangi oleh orang lain, hal tersebut sebenarnya adalah beban. Apapun yang kita rasakan atau alami, akan menjadi hal yang bermakna pula bagi mereka. Kita bahagia, mereka pastinya akan merasakan kebahagian pula. Ketika kita terluka, mereka yang akan mengkhawatirkan kita bahkan merawat kita. Ketika kita sedih, maka mereka akan berusaha berbagai cara agar kita bahagia. Itu yang aku katakan sebagai beban.
Ketika kita menyayangi diri kita sendiri dengan sungguh-sungguh, maka kita telah melakukan satu hal untuk mereka, yaitu menyayangi mereka dengan cara yang paling sederhana.
Kini abu-abu itu datang kembali. Bukan dalam bentuk perpisahan, bukan pula berwujud hal yang bisa membuatku menangis. Sekarang ia datang dalam bentuk perasaan yang mengganjal di dalam hati, menyesakkan hingga air mata bahkan tak bisa turun, dipaksa sekalipun. Kesedihan seperti ini adalah kesedihan yang sangat aku hindari. Perasaan di masa lampau yang datang kembali. akan tetapi bukan kesedihan itu yang ingin aku bicarakan.
***
"Sayangilah dirimu sendiri sebelum kamu menyayangiku atau orang lain kelak. Kamu harus lebih menyayangi dirimu sendiri dibandingkan kepadaku atau orang lain."Entah kenapa aku baru memahami makna besar dibalik konsep yang selalu kamu pegang itu. Konsep yang selalu menjadi senjatamu untuk memaksaku makan ketika aku sedang malas. Konsep yang selalu menjadi senjatamu ketika aku memaksakan diri melakukan sesuatu ketika aku sakit. Konsep yang selalu menjadi senjatamu agar aku mau menjaga diri disaat kamu jauh. Mungkin makna yang aku dapatkan berbeda dengan kamu memaknainya, tetapi toh aku juga tidak pernah tau apa maknanya bagimu.
Karena ketika kita terluka, sebenarnya bukan hanya kita yang merasakan sakit, tetapi orang-orang yang menyayangi kita juga akan merasakan sakitnya. Ketika kita dalam kesulitan, bukan hanya kita yang merasakan sulit, mungkin orang-orang yang menyayangi kita juga merasakan kesulitan kita. Ketika kita disayangi oleh orang lain, hal tersebut sebenarnya adalah beban. Apapun yang kita rasakan atau alami, akan menjadi hal yang bermakna pula bagi mereka. Kita bahagia, mereka pastinya akan merasakan kebahagian pula. Ketika kita terluka, mereka yang akan mengkhawatirkan kita bahkan merawat kita. Ketika kita sedih, maka mereka akan berusaha berbagai cara agar kita bahagia. Itu yang aku katakan sebagai beban.
Ketika kita menyayangi diri kita sendiri dengan sungguh-sungguh, maka kita telah melakukan satu hal untuk mereka, yaitu menyayangi mereka dengan cara yang paling sederhana.
Comments
Post a Comment
Silahkan komen :)