Seperti Senin-Senin sebelumnya, waktu-waktu seperti ini lebih banyak gue habiskan sendirian. Entah sekedar numpang wi-fi di Perpustakaan atau di Pasca Sarjana, nggembel di lobi lantai 3 GB, PMPM Psikologi ataupun di mana saja yg gue pengen. Yap, teman-teman gue kebanyakan ikut kuliah Psikologi Industri dan Organisasi yang nggak gue ambil gara-gara jumlah SKS gue yang terbatas. Tetapi entah kenapa Senin ini terasa berbeda..
Kali ini gue ada di lantai 3 dekat jendela perpustakaan, memandang halaman luas perpustakaan yang disesaki mobil-mobil. Gue mulai mikir..
Terlalu banyak waktu yang sudah terbuang percuma cuma buat seseorang yang sama sekali nggak pernah melihat gue.
Sepertinya belasan atau puluhan malam Minggu yang pernah kami habiskan bersama gak ada artinya.
Sepertinya puluhan atau mungkin ratusan jam yang telah terluang hanya untuk mendengarnya itu sia-sia.
Akhirnya dia berpaling, lalu memilih orang lain.
Mungkin memang sejak awal ada yang salah, gue terlalu munafik buat menyadari kalo gue mulai tertarik sama dia.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, dia sudah menentukan pilihannya.
Dan gue cuma bisa berusaha ikhlas, legowo dan sabar untuk menerimanya.
Meskipun dengan tingkat ke-nggerus-an yang super duper hebatnya.
Yang bisa gue bilang selanjutnya, mencuplik kata-kata Fall Out Boy: Thank's for the memories! :)
P.S: Sorry lagi rada galau aaa
P.S.S: Kalau ada yang ngerasa, pura-pura gak tau aja deh. Gue gak mau ada yg berubah di antara kita. Gue masih bisa jadi good listener seperti biasa kok. Malah makin good haha :3
Kali ini gue ada di lantai 3 dekat jendela perpustakaan, memandang halaman luas perpustakaan yang disesaki mobil-mobil. Gue mulai mikir..
Terlalu banyak waktu yang sudah terbuang percuma cuma buat seseorang yang sama sekali nggak pernah melihat gue.
Sepertinya belasan atau puluhan malam Minggu yang pernah kami habiskan bersama gak ada artinya.
Sepertinya puluhan atau mungkin ratusan jam yang telah terluang hanya untuk mendengarnya itu sia-sia.
Akhirnya dia berpaling, lalu memilih orang lain.
Mungkin memang sejak awal ada yang salah, gue terlalu munafik buat menyadari kalo gue mulai tertarik sama dia.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, dia sudah menentukan pilihannya.
Dan gue cuma bisa berusaha ikhlas, legowo dan sabar untuk menerimanya.
Meskipun dengan tingkat ke-nggerus-an yang super duper hebatnya.
Yang bisa gue bilang selanjutnya, mencuplik kata-kata Fall Out Boy: Thank's for the memories! :)
P.S: Sorry lagi rada galau aaa
P.S.S: Kalau ada yang ngerasa, pura-pura gak tau aja deh. Gue gak mau ada yg berubah di antara kita. Gue masih bisa jadi good listener seperti biasa kok. Malah makin good haha :3
Comments
Post a Comment
Silahkan komen :)