Skip to main content

Day 3: Kain

Pagi itu Nadia dibangunkan oleh suara batuk nenek yang tak kunjung berhenti. Sudah lebih dari satu minggu beliau tidak pernah berhenti terbatuk-batuk. Tidurnya pasti tidak nyenyak. Matahari belum menunjukkan rupanya, tapi Nadia sudah harus segera bersiap untuk berangkat. Setelah menunaikan kewajiban paginya, Nadia pun mengambil perlengkapan, mengenakan sandal jepit tua yang Nadia temukan ketika bekerja kemarin. Nadia berpamitan pada nenek, mencium tangannya yang sudah menua. Tangannya lemah dan dingin. Nenek pasti kedinginan setelah mengambil air wudhu tadi”, batinnya.

Sejak kecil Nadia diasuh oleh nenek. Tujuh tahun yang lalu sewaktu ibunya hamil besar, ayahnya merantau ke Jakarta berharap nasib mereka membaik. Dua tahun kemudian setelah tidak pernah ada kabar dari Ayahnya, Ibunya menyusul Ayah ke Jakarta. Ibunya pun ikut hilang ditelan bumi. Tinggalah Nadia dan nenek. Sejak nenek sakit-sakitan tahun lalu, Nadia tidak tahan lagi. Semakin hari batuk nenek tidak kunjung sembuh. Rumah mereka yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu, beralaskan tanah mungkin membuat batuk nenek semakin parah. Ditambah mereka harus tidur di atas dipan yang dingin, tanpa kasur dan berselimutkan selembar kain yang dipakai berdua. Demi uang untuk nenek berobat dan demi secarik kain untuk selimut nenek, Nadia pun menjalani pekerjaan ini setahun yang lalu. Setiap pagi Nadia berjalan tak tentu arah, mengais-ais tong sampah dan tumpukan sampah-sampah di kampung sekitar. Tak jarang Nadia diusir oleh warga, atau bahkan oleh pemulung yang lain. 

Hari ini aku berjanji untuk menemani Nadia membeli kain di pasar setelah aku pulang mengajar. Nadia sudah menunggu di PAUD tempat aku mengajar tepat pukul 11. Aku pun segera mengajaknya menumpang angkot untuk ke Pasar Besar. Nadia tampak senang sekali. Seandainya aku punya uang yang lebih banyak, aku sangat ingin membantu Nadia. Sayangnya gaji sebagai guru PAUD tidak seberapa, bahkan kadang aku harus berhutang sana-sini.

Jam 2 siang aku dan Nadia kembali ke rumah membawa dua lembar kain yang tadi kami beli di pasar. Sampai di rumah betapa kagetnya kami mendapati rumah Nadia yang telah penuh sesak dengan orang. Nadia berlari menuju rumahnya, tak lama terdengar teriakan dan isak tangisnya. Sesuatu yang buruk telah terjadi.

Kain yang baru saja Nadia beli pun digunakan untuk menyelimuti neneknya yang telah terbujur kaku.

Comments

Popular posts from this blog

Nggerus

Nggerus adalah perasaan ketika sesuatu yang kita pengen ternyata malah jadi milik orang lain . Juga ketika kita merasa hati kita udah berkeping-keping tapi nggak ada yang bisa kita lakukan untuk membuatnya utuh kembali . Dan yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu . Menunggu sampai waktu bisa menyembuhkan, menunggu hingga ada seseorang yang bersedia memungut kembali kepingan hati kita lalu menyatukannya .

Sweet Escape (details)

Hello! It's May already, huh? Yak, time flies faster than I think.. Seperti yang sudah dijanjikan, aku mau cerita soal perjalanan ke Bromo dan Madakaripura kemarin. Yak, terhitung dari Kamis sampai hari Minggu besok, kampus libur. Super-long-weekend! Dan aku nggak dapat tiket buat pulang ke Jogja. Selain nggak dapat tiket juga Sabtunya aku terpaksa ada kerjaan di Tuban. Itulah yang melatarbelakangi keberangkatanku ke Bromo secara pribadi. Oh iya, ini perjalanan pertamaku bareng anak-anak Palapsi , pecinta alamya Fakultas. Rabu, 16 Mei 2012. Setelah seharian sumpek menyelesaikan laporan sampai nggak sengaja skip kuliah dan baru pulang ke kosan pas Maghrib. Aku menyempatkan diri sekitar 1 jam buat tidur. Nge- charge badan buat perjalanan ke Bromo. Jam 21.00 aku dijemput menuju kampus sambil menunggu anak-anak yang belum datang. Dan wow! Amazing !  Jumlah total anak yang berangkat ada 24, dengan 12 motor. Sekitar jam 11 malam kami pun berangkat. Perjalanan berangkat ya

Taare Zameen Par

Yak seperti janji aku dalam post sebelum ini, aku sekarang mau cerita soal salah satu film India yang baru aja kemarin aku tonton. Berawal dari beberapa bulan yang lalu ada temanku yang ngomongin di linimasa Twitter soal film India bagus banget tentang anak disleksia, aku jadi penasaran sama film ini. Fyi, aku emang tertarik banget sama disleksia. Dan akhirnya beberapa waktu yang lalu aku dapat film ini dari salah satu teman kampusku yang namanya Istina. Kemarin aku nonton film ini sama adek. Nganggur banget dan bingung mau ngapain akhirnya aku ngajakin adek nonton film ini. Mau ngajakin nonton film lain tapi takutnya ada adegan aneh-aneh hahaha :)) Film ini bercerita tentang seorang anak yang bernama Ishaan, seorang anak kecil berumur 8-9 tahun yang mengalami kesulitan belajar. Orangtuanya yang berharap Ishaan dapat secemerlang kakaknya mulai jengah dengan kelakuan Ishaan yang dinilai bandel, malas dan tidak disiplin namun sangat suka melukis. Ishaan pun dikirim ke sekolah asrama