Menyusuri lorong yang gelap dan sunyi. Kemudian tiba-tiba semua membias menjadi kenangan beberapa tahun silam. Lima. Mungkin enam tahun yang lalu. Ada satu orang yang tak pernah aku kenal dengan pasti. Satu orang yang benar-benar menamparku sekaligus menguatkanku dengan kata-katanya. Suatu sore yang gelap dan basah, kita berjalan menyusuri lorong-lorong sekolah yang asing bagiku. Sekali dua kali sapaan ditujukan untukmu. Sekali dua kali pula itu tatapan iri dan bertanya-tanya tampak dari raut wajah mereka. Hujan mereda kemudian, tetapi badai malah memayungi kita. Entah kenapa, aku memicu apa. Kamu pun mengeluarkan kata-kata yang membuat kita tak pernah bicara lagi. Hingga sekarang. Kamu egois sama dirimu sendiri, buat apa kamu merasa kalah terus? Kamu akan jadi perempuan yang hebat, perempuan yang kuat. Tapi kamu nggak boleh kaya sekarang. Aku tak pernah ingat dengan pasti apa yang kamu katakan waktu itu. Tetapi kurang lebih dan tak jauh-jauh dari kalimat itu. Dulu aku selalu b...